Pernik-Pernik Pelatihan Meditasi 9 Hari oleh Ajahn Brahm – Juli 2018 (1)

Sudah dua minggu lebih sejak saya selesai mengikuti pelatihan meditasi 9 hari oleh Ajahn Brahm pertengahan bulan Juli lalu di pusat meditasi Jhana Grove, Serpentine, Australia Barat. Ada keinginan mulai menulis pernik-pernik pelatihan meditasi untuk dijadikan sekedar catatan pribadi. Pelatihan meditasi 9 hari oleh Ajahn Brahm sangat diminati. Biasanya pendaftaran online dibuka tengah malam dan … Continue reading Pernik-Pernik Pelatihan Meditasi 9 Hari oleh Ajahn Brahm – Juli 2018 (1)

Sudah dua minggu lebih sejak saya selesai mengikuti pelatihan meditasi 9 hari oleh Ajahn Brahm pertengahan bulan Juli lalu di pusat meditasi Jhana Grove, Serpentine, Australia Barat. Ada keinginan mulai menulis pernik-pernik pelatihan meditasi untuk dijadikan sekedar catatan pribadi.

Pelatihan meditasi 9 hari oleh Ajahn Brahm sangat diminati. Biasanya pendaftaran online dibuka tengah malam dan terisi penuh dalam hitungan menit. Juga dibuka peluang khusus untuk peserta international. Pelatihan pertengahan Juli ini khusus untuk peserta dari Indonesia dan Hongkong. Peserta tidak hanya dari kalangan Buddhis tapi juga lintas agama. Saya beruntung bisa ikut mendaftar melalui Yayasan Ehipassiko, atas kemurahan hati teman baik saya Handaka Vijjananda. 

Jhana Grove 1
Peserta dari Yayasan Ehipassiko. Terima kasih untuk teman-teman seperjalanan. (foto: Andi Wijaya)

Sosok Ajahn Brahm cukup terkenal di Indonesia lewat buku dan talkshow tahunannya di berbagai kota di Indonesia. Salah satu buku best seller Ajahn Brahm di Indonesia adalah “Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya” yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh Yayasan Ehipassiko dari buku aslinya berjudul “Opening the Door of Your Heart”.

Ajahn Brahm 1
Menandatangani buku-buku di Ulang Tahun ke 67

Ajahn Brahmavamso (yang dipanggil Ajahn Brahm) adalah seorang bhikkhu (biarawan) Buddhis asal Inggris berumur 67 tahun yang telah menjalani kehidupan kebiarawanan hampir 44 tahun dalam tradisi Theravada. Lahir pada tanggal 7 Agustus 1951 dengan nama Peter Betts dari keluarga kelas pekerja di London. Peter muda sudah tertarik pada meditasi sejak usia dini. Tumbuh menjadi seorang pemuda cerdas, Peter belajar bidang fisika teoritis di Universitas Cambridge dan kemudian menjadi pengajar. Mengenal Buddhisme diusia 16 tahun lewat buku yang dibelinya dari hadiah prestasi akademiknya. Dia pergi ke Thailand untuk belajar lebih dalam tentang Buddhisme dan memutuskan menjadi bhikkhu pada usia 23 tahun. Riwayat perjalanan hidup Ajahn Brahm dapat dibaca pada tautan dibawah artikel ini.

Ajahn Brahm adalah murid dari seorang bhikkhu yang sangat dihormati di Thailand, Ajahn Chah yang bermukim di luar kota Ubon Ratchathani, bagian timur-laut Bangkok. Saya berkesempatan dua kali mengunjungi kompleks biara hutan Ajahn Chah, Wat Pa Pong dan Wat Pa Nanachat sewaktu saya bekerja di tambang Sepon di Laos sekitar tahun 2002-2003.

Ceramah Ajahn Brahm menyegarkan dan mencerahkan dengan gaya penyampaian yang lepas dengan perumpamaan dan lelucon-leluconnya. Ajahn Brahm piawai memilih gaya penyampaian dan kedalaman isi menyesuaikan dengan tingkat pemahaman pendengarnya. Di usia yang tidak muda lagi, Ajahn Brahm memiliki ingatan yang sangat kuat dan pikiran yang jernih dalam menyampaikan dan merunut serangkaian bahasan yang beranak-pinak dan kembali ke pokok pembahasan dan ditutup dengan rangkuman yang mudah dipahami. 

Ajahn Brahm 2
Ajahn Brahm dengan pose khasnya – Kanguru, satwa khas Australia

Saya tidak melihat raut muka lelah Ajahn Brahm yang berbicara sebanyak 3 sesi perhari masing-masing 1-1.5 jam per-sesi selama 9 harı, ditambah dengan sesi konsultasi personal peserta hampir setiap hari; bahkan pada hari-hari Ajahn Brahm terserang flu sekalipun. Selalu tetap terlihat senyuman khas menghias wajahnya dengan semangat dan keceriaan yang hampir konstan di setiap saat. 

Ajahn Brahm sering kali menyampaikan bahwa pikiran yang tidak bergejolak dan batin yang mawas (sadar, eling) memberikan kejernihan batin dan menyisakan energi kebahagiaan yang luar biasa dan bisa sangat membantu dalam menyelesaikan banyak masalah. Masalah yang kita hadapi tidak bisa diselesaikan dengan dipikirkan terus menerus, Ini justru yang menjadi penyebab depresi. Saat masalah terlalu dekat, kita tidak bisa melihat dengan jernih. Energi terkuras karena pikiran yang terus bergejolak menyesali masa lalu dan menghawatirkan masa depan. Masalah perlu diletakkan pada perpektif yang benar dan dilihat dengan kejernihan pikiran. Penyelesaian akan terlihat dengan sendirinya. Mawas diri adalah hidup pada saat kini. Masa depan kita diciptakan oleh apa yang kita pikirkan dan lakukan saat kini…

Ajahn Brahm 3
Ajahn Brahm – menikmati keheningan pagi di Jhana Grove

Apa yang mendorong saya ikut pelatihan ini? Mungkin sedikit klise, tapi saya ingin mendapatkan kesempatan yang lebih khusus untuk ‘menapaki Sang Jalan dan mencicipi Kebenaran – walk the Path and taste the Truth’, bukan sekedar pemahaman intelektual dari apa yang dibaca, tertulis dalam kitab atau kata orang bijak. Ada anekdot Zen (Chan) – pointing at the moon – untuk melukiskan perbedaan antara alat yang digunakan untuk melihat kebenaran dan Kebenaran itu sendiri. Cerita tentang Sesepuh (Patriat) Zen yang ke-6, Hui Neng yang buta aksara, saat ditanya bagaimana mungkin seorang yang buta aksara bisa memahami ajaran Kebenaran. Hui Neng menunjukkan jarinya ke bulan yang dilihatnya. Kita mungkin butuh ujung jari untuk melihat bulan, tapi ujung jari bukanlah bulan.

Ajahn Brahm
Bear Meditation dengan Ajahn Brahm (foto: Shally Mavieto)

Entah kapan saya baru bisa selesai menulis pernik-pernik ini, tapi mungkin itu tidak penting dan tidak perlu ada target apapun. Biarkan mengalir saja… Saya mencoba untuk mulai menulis di waktu luang perjalanan tugas singkat dari Perth (Australia) ke Denver (USA) di awal Agustus 2018, memanfaatkan ruas penerbangan panjang perjalanan melintasi Samudera Pasifik yang memakan waktu sekitar 14-17 jam satu lintasan. Saya agak sulit tidur di dalam pesawat meski sebenarnya sangat nyaman dan bisa berbaring cukup leluasa. Saya mencoba tidur sebisanya dan lebih memilih santai saja, nonton satu dua filem dan mencoba menikmati keheningan malam dengan gemuruh lembut mesin jet A380 – tentu pada saat tidak ada turbulensi di udara. Sesekali pramugari datang menawarkan minuman dan penganan dengan sangat sopan. 

Sekali lagi, tulisan ini dan berikutnya sama sekali tidak dimaksudkan untuk mengupas ajaran ataupun menakar kemajuan dan pencapaian apapun apalagi menggurui, tetapi hanya cerita pernik-pernik pelatihan, sekedar catatan pribadi untuk saya baca kembali di kemudian hari di kala ingatan ini mulai memudar. Syukur-syukur tulisan-tulisan ini memberi inspirasi bagi orang lain yang berminat pada jalan hening ini untuk mencari bagi mereka sendiri.

Katanya, latihan meditasi sejatinya bukanlah untuk mencapai atau meraih apapun tapi untuk melepas, letting go, renounciation. Katanya begitu…

Jhana Grove
Jalan setapak di Jhana Grove

Riwayat perjalanan hidup Ajahn Brahm dapat dibaca tautan dibawah ini:

https://bswa.org/bswp/wp-content/uploads/2017/10/A-Tribute-to-Ajahn-Brahm-Emptiness_and_Stillness.pdf.

 

10 Agustus 2018, di atas Samudera Pasifik di ketinggian 36000 kaki (11000 meter)

3 thoughts on “Pernik-Pernik Pelatihan Meditasi 9 Hari oleh Ajahn Brahm – Juli 2018 (1)”

    1. Bu Sri, kalau dari Indonesia sebaiknya melalui Yayasan Ehipassiko. Mereka juga bisa mengurusi visa Australianya juga. Ini flyer untuk retret yang bulan Juli kemaren: http://ehipassiko.or.id/ajahn-brahm-retreat/. Retreat berikutnya berarti bulan Juli 2019.

      Tetapi kalau mau mencoba langsung bisa menghubungi Buddhist Society Western Australia (BSWA) di https://bswa.org/. Namun untuk bisa ikut retreat Ajahn Brahm dan juga bhikkhu-bhikkhu senior lainnya, akan diutamakan pada anggota tetap BSWA.

Leave a Reply

Discover more from letting go

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading