Saya tidak banyak tahu tentang beliau meski sudah puluhan tahun mendengar nama beliau. Hanya kadang membaca beberapa berita, wawancara (salah satunya dengan Oprah Winfrey, tautannya di bawah ini), dan satu atau dua buku beliau, itupun tidak sampai tuntas. Dan kadang saya lupa dan sulit mengeja namanya, Thich Nhat Hanh.
Saya hanya tahu bahwa beliau menjadi seorang biarawan Buddhis sejak umur 16 tahun, pejuang kebebasan berkeyakinan di negaranya Vietnam dan perdamaian dunia, hidup pada masa paling sulit pergolakan peperangan di negaranya, seorang penyair, pengajar dan pelaku hidup kebersadaran (mindfulness).
Saya suka dengan salah satu frase pendek beliau, I have arrived, I am home yang terkenal itu, saya telah tiba, saya di rumah.

Beliau meninggal dunia pada tanggal 22 Januari 2022 tepat pada jam 12 tengah malam, pada usia 95 tahun, di Wihara Từ Hiếu, di Huế, Vietnam.
Ada satu pesan bagaimana beliau ingin ‘diperlakukan’ saat dia meninggal nanti, cuplikan dari salah satu bukunya, “At Home in the World: Stories & Essential Teachings from a Monk’s Life” (2015).
Saya merasa cuplikan ini begitu dalam, namun saya tidak sepenuhnya mengerti. Alih-alih mengulas dengan kata-kata saya yang hanya akan mendangkalkan maknanya, rasanya akan lebih bermanfaat diterjemahkan langsung sebagai pertinggal untuk saya di blog ini dan untuk yang tertarik untuk bisa diresapi – di napas, jalan, dan gerak kita dengan penuh kesadaran…
Semoga saya punya kesempatan merasakan keberadaan keberlanjutan Thay* dalam napas, jalan, dan gerak saya….
Saya tak ada di sini
Saya juga tak berada di luar sana
Saya dapat ditemukan dalam cara anda bernapas dan berjalan
Thich Nhat Hanh
*Thay adalah sebutan orang Vietnam untuk Thich Nhat Hanh, yang artinya Guru.
— 0 —
Saya Tak Ada di Sini
Oleh: Thich Nhat Hanh
Saya punya seorang murid di Vietnam yang ingin membangun stupa untuk abu saya ketika saya meninggal. Dia dan yang lainnya ingin menempelkan plakat bertuliskan, “Disinilah guruku tercinta.” Saya mengatakan kepada mereka untuk tidak menyia-nyiakan tanah biara.
“Jangan taruh saya di pot kecil dan taruh saya di sana” kata saya. “Saya tidak ingin terus seperti itu. Akan lebih baik untuk menyebarkan abunya di luar untuk membantu pohon tumbuh.”
Saya menyarankan jika mereka masih bersiteguh ingin membangun stupa, mereka bisa menggunakan plakat yang mengatakan, “Saya tak berada di sini.” Tetapi jika orang belum memahaminya, mereka dapat menambahkan plakat kedua, “Saya juga tak berada di luar sana.” Jika masih juga ada yang tidak mengerti, maka dapat menulis di plakat ketiga dan terakhir, “Saya dapat ditemukan dalam cara anda bernapas dan berjalan.”
Tubuh saya ini akan hancur, tetapi tindakan saya akan melanjutkan saya. Dalam kehidupan sehari-hari saya selalu berlatih untuk melihat keberlanjutan saya di sekitar saya. Kita tidak perlu menunggu sampai hancurnya tubuh ini untuk berkelanjutan — kita terus berkelanjutan di setiap saat.
Jika anda berpikir bahwa saya hanyalah tubuh ini, maka anda belum sepenuhnya melihat saya. Ketika anda melihat teman-teman saya, anda melihat keberlanjutan saya. Ketika anda melihat seseorang berjalan dengan belas kasih, anda tahu dia adalah keberlanjutan saya.
Saya tidak mengerti mengapa kita harus mengatakan “Saya akan mati”, karena saya sudah dapat melihat diri saya di dalam diri anda, pada orang lain, dan pada generasi mendatang.
Bahkan saat awan tidak ada, akan berkelanjutan sebagai salju atau hujan. Tidak mungkin awan mati. Itu bisa menjadi hujan atau es, tetapi tidak bisa menjadi lenyap. Awan tidak perlu memiliki jiwa untuk berkelanjutan. Tidak ada awal dan tidak ada akhir. Aku tidak akan pernah mati. Akan ada kehancuran tubuh ini, tetapi itu tidak berarti kematian saya.
Saya akan terus berkelanjutan.
Dikutip dari Thich Nhat Hanh “Di Rumah di Dunia: Cerita & Ajaran Penting dari Kehidupan Seorang Biarawan” (2015)
— 0 —
Obrolan Oprah Winfrey dengan Thich Nhat Hanh yang mencerahkan.
— 0 —
I Am Not in Here
By Thich Nhat Hanh
I have a disciple in Vietnam who wants to build a stupa for my ashes when I die. He and others want to put a plaque with the words, “Here lies my beloved teacher.” I told them not to waste the temple land.“
Do not put me in a small pot and put me in there” I said. “I don’t want to continue like that. It would be better to scatter the ashes outside to help the trees to grow.”
I suggested that, if they still insist on building a stupa, they have the plaque say, “I am not in here.” But in case people don’t get it, they could add a second plaque, “I am not out there either.” If still people don’t understand, then you can write on the third and last plaque, “I may be found in your way of breathing and walking.”
This body of mine will disintegrate, but my actions will continue me. In my daily life I always practice to see my continuation all around me. We don’t need to wait until the total dissolution of this body to continue—we continue in every moment.
If you think that I am only this body, then you have not truly seen me. When you look at my friends, you see my continuation. When you see someone walking with compassion, you know he is my continuation.
I don’t see why we have to say “I will die,” because I can already see myself in you, in other people, and in future generations.
Even when the cloud is not there, it continues as snow or rain. It is impossible for a cloud to die. It can become rain or ice, but it cannot become nothing. The cloud does not need to have a soul in order to continue. There’s no beginning and no end. I will never die. There will be a dissolution of this body, but that does not mean my death.
I will continue, always.
Excerpted from Thich Nhat Hanh “At Home in the World: Stories & Essential Teachings from a Monk’s Life” (2015)
— 0 —
Perth, 30 Januari 2022