ABG Xmas Belly Challenge 2021

Tidak terasa, saya bisa aktif berolahraga jalan selama 24 jam menempuh jarak sekitar 120 km dalam 3 minggu terakhir ini, lebih dari 1 jam rata-rata per-hari. Ini gara-gara ikut tantangan berolahraga bersama teman-teman Gang ABG (Anak Baru Gocap – baca: orang tua usia diatas 50 tahun). Ini tidak lazim karena saya belum pernah berjalan selama dan sejauh itu sebelumnya, dengan rutin hampir setiap hari.

Saya tidak meminati olahraga apapun. Saat kecil dan remaja, diwaktu teman-teman sebaya bermain basket, olahraga paling populer di kampung, saya lebih banyak berdiam diri dan bersekolah. Mungkin ‘tulang’ saya tidak bagus… Di sekolah menengah dulu, pelajaran olahraga menjadi momok terutama saat pengambilan nilai praktek, seperti lompat tinggi, lompat jauh, tolak peluru, lari jarak pendek, dll. Saya sebenarnya suka berenang karena sering mandi di kali atau kolong bekas tambang timah tidak jauh dari rumah. Tapi tidak ada pengambilan nilai untuk berenang karena di sekolah tidak ada kolam renangnya. Lagian kalau ada belum tentu nilai saya bisa bagus kerena saya hanya lancar berenang di kali/kolong bukan di kolam renang, dengan gaya bebas yang sebebas-bebasnya.

Teman-teman ABG sebenarnya adalah komunitas teman-teman Katolik. Dimana anggota kehormatannya adalah Romo Hari Suparwito SJ, seorang pastur dari ordo Societas Jesu, yang mengambil studi doktoral (S3) di Perth, yang sekarang berada ke Indonesia, dan juga ikut tantangan olahraga ini dengan kayuhan sepedanya yang bisa sampai 4 – 5 jam sehari. Hanya saya satu-satunya non-katolik di dalam group. Sepertinya saya adalah domba yang tersesat di jalan yang benar.

Tantangan berolahraga ini diprakarsai oleh Hasan dan Feby yang memang pelari dan pemain bulu tangkis. Tantangan diberi nama ABG Xmas Belly Challenge 2021, tanggal 4 – 24 Januari. Cita-citanya: togetherness and teamwork to encourage others to be more active and healthy – kebersamaan dan kerja team untuk menyemangati yang lain agar lebih aktif dan sehat. Cita-cita yang mulia…

Tantangan diukur dengan jumlah waktu berolahraga yang direkam dengan Stava. Jenis olahraga bisa dari jalan/hiking, lari, sepeda, treadmill, yang akan dihitung waktunya. Uniknya, sistim penilaian diantara anggota satu team dibuat tidak berimbang. Anggota team yang paling sedikit waktunya akan mendapat bobot 75% dalam penghitungan nilai, sementara dua anggota lainnya hanya berbobot 25%. Tujuannya agar anggota yang aktif bisa mendorong (dalam arti yang sebenarnya…) anggota yang kurang aktif.

Sistim ini berhasil membuat orang-orang yang kurang aktif seperti saya untuk turun gunung (nggak ingat kalau dulu pernah naik gunung…), kalau tidak mau di-encourage (baca: ‘diomelin’) oleh anggota team yang kebetulan emak-emak, salah-salah bisa klar hidup loe…. Dari teman-teman di ABG yang berminat, terbentuklah 6 team dengan masing-masing beranggotakan 3 orang. Team saya adalah Linda and Inda. Linda adalah pelari dengan motto ‘listen to my feet’ dan ‘tiada hari tanpa lari‘, sementara Inda yang dikenal ‘endurance‘-nya kalau jalan bisa lama, panjang, dan sering. Saya hanya mengimbanginya saja, agar tidak ada perbedaan waktu yang lebar, sehingga nilai bisa optimal. Maka lengkaplah kedigdayaan team kami…

Lucas yang tinggal di Kota Kinabalu, Malaysia ikut dalam tantangan ini, dan dengan rajin sekali menyiarkan hasil perhitungan nilai sementara, sehari bisa 2 kali diperbaharui, Ini nambah seru persaingan, terutama pada minggu terakhir, minggu ke 3. Saling mengejar, menyemangati, dan mengolok menjadikan group whatsapp meriah.

Penutupan acara dilakukan alam acara jalan bersama di tanggal 26 January, bertepatan dengan Australian Day, berjalan/berlari didaerah Deep Water Point Reserve, Mt Pleasant, sepanjang loop 7 km. Wajah-wajah ceria dan tanpa beban tampak sekali menghiasi wajah setiap orang, mungkin karena setelah 3 minggu cukup tegang…

Setelah ngopi dan sarapan di Dome, semua berkumpul. Sayang, Vivien harus pulang duluan. Vivien masuk ke dalam team di minggu ke tiga mewakili/menggantikan Hengki yang tidak bisa meneruskan tantangan ini karena kesibukan dan kondisi kaki.

Berikut ini pengumuman hasil akhir ABG Xmas Belly Challenge yang tidak boleh diganggu-gugat, oleh Hasan:

Team 2 (Linda/Lim/Inda) dengan konsistensinya keluar sebagai juara, memimpin dari awal. Surpisingly, waktu kumulatif hampir dikejar oleh Team 5 (Gatot/Ming/Nany) di minggu ke-3. Team 6 (Agnes/Beth/Imel) juga membuat kejutan dengan merangsek ke posisi 3, the power of ibuk2. Sementara Team 3 (Lucas/Christine/Andri) harus merelakan podium. Team 4 (now Feby/Tina/Vien) berhasil mendongkrak posisi buncit di minggu 1 & 2 sehingga Team 1 (Romo/Ir/Elsa) harus puas di posisi juru kunci.

Hasil resmi hitungan akhir ABG Xmas Belly Challenge, sumber: WAG ABG 25 Jan 2021

Hore.. team kami juara beregu! Disamping juara team, ada 2 juara perorangan yang yang dianugrahkan, yaitu untuk kemajuan yang konsisten dari minggu ke minggu, juaranya adalah Nany yang meningkatan jam nya dari 4 jam ke 7 jam dan 13 di minggu terakhir. Beberapa yang lainnya seperti Christine dan Feby sangat meningkat jamnya namun tidak konsisten dari minggu ke minggu. Penghargaan perorangan lainnya adalah untuk Elisabeth yang baru datang dari luar negeri (Indonesia) yang tetap bersemangat mengikuti tantangan ini dari kamar karantinanya di hotel selama 2 minggu.

Beberapa teman tidak ikut tantangan ini karena berbagai kesibukan, diantaranya Hendarmin dan Ling-Ling. Mereka ikut menyemangati kegiatan ini lewat penyediaan voucher Tim’s Thai, restaurant masakan Thailand milik mereka.

kumpul bersama berakhirnya ABG Xmas Belly Challenge – Australian Day 26 January 2021

Kami berbagi cerita dan pengalaman selama mengeluti tantangan selama 3 minggu ini. Beragam cerita mengalir, dari yang kocak hingga yang serius, dari menceritakan pengalaman hingga curhatan. Hasan, Feby, dan Gatot yang sudah mahir berlari berbagi pangalaman dan ilmu tentang hal-hal yang perlu dilakukan jika ingin meningkatkan intensitas latihan cardio-nya. Tak kurang cerita tentang perjuangan ‘mengatasi’ kemalasan sendiri. Ternyata setelah dijalani, bisa juga. Ada pepatah bijak, thinking about it is hard, doing it is easy – memikirkannya berat, mengerjakannya mudah.

Semua tampak ceria dan bahagia… Katanya, kebahagiaan selalu ada tepat di sini, di saat kini, jangan lagi dicari kemana-mana, hanya perlu disadari…

I have arrived

I am home

My destination is in each step

Thich Nhat Hanh

— 0 —

Disamping olahraga sendiri-sendiri, juga acara jalan barengan setiap minggu, biasanya Sabtu, kadang Minggu, mulai jam 6 pagi. Irianto adalah kepala regunya yang menentukan jam berkumpul dan merencanakan rute, termasuk melihat kalau ada tidak tersedianya WC umum, dll. Tina membantu mencarikan tempat ngumpul untuk ngopi yang nyaman setelah jalan. Satu kali kami pernah mengambil rute di sekeliling di biara Bodhinyana monastery dan Jhana Grove Meditation Centre-nya Ajahn Brahm di Serpentine.

Kami hanya ingin menikmati hal-hal yang sederhana seperti keindahan alam dan udara bersih yang tersedia oleh alam di Australia Barat ini lewat taman-taman dan jalur-jalur hiking yang begitu banyak dan beragam. Pasangan yang rutin berjalan pagi ini adalah Irianto & Inda, Agung & Tina, Gatot & Agnes, dan Christine & saya. Saya dan Christine sebenarnya baru bergabung sejak 2 bulan terakhir. Motto team ini adalah ‘low expectation‘ atau tidak berharap banyak. Berjalan hanya sekedar menikmati jalan-jalan, tidak ada target tertentu yang harus dicapai atau dikejar, kadang jalan jauh kadang dekat. Kalau rutenya nyasar yah balik lagi, sering terjadi karena jalan di hutan – meski sudah dipandu oleh applikasi AllTrail ber GPS.

Selain alam dan udara segar, saya juga sangat menikmati obrolan kami sepanjang perjalanan dan saat ngopi/sarapan. Topik yang beragam dan kadang tidak lazim, mulai dari pengetahuan fisika, home assistant, bisnis, artificial intelegence, hingga spiritualitas. Obrolan tentang fisika kwantum, sistim smart home dengan monitor dan kontrol jarak jauh, ide dan pembangunan platform pemasaran online untuk jaringan bisnis atau restoran, hingga akademi kebahagiaan – tentang faktor-faktor untuk menjadi atau merasakan kebahagiaan.

Latar belakang kami memang berbeda-beda, untuk itu topik obrolan juga bercampur-aduk. Gatot dan saya adalah kelas pekerja di perminyakan dan pertambangan. Irianto adalah pengajar di Murdoch University, Perth, yang juga mantan kepala sekolah sekolah menengah Santo Aloysius di Bandung, sekaligus guru mata pelajaran fisika. Sedangkan Agung adalah salah satu founder jaringan restoran seafood D’Cost di Indonesia, yang terkenal dengan inovasi bisnisnya.

Agung dengan minatnya di IT (information technology) dan AI (artificial intelegence) membantu teman-teman yang berminat di home assistant (HAss.IO) untuk membuat sendiri jaringan smart home yang relatif murah. Saya juga ikut tapi belum bergerak kemana-mana alias masih berjalan di tempat. Saya punya Rasberry Pi dan beberapa perangkat dasar untuk memulai. Saya tertarik dengan home assistant karena dulu suka dengan prakarya elektronik sewaktu di SMA, dan merasa bisa dijadikan mainan yang bisa dinikmati di hari tua agar tidak cepat pikun karena melibatkan banyak perencanaan, kreatifitas, termasuk scripting/programming. Lagian biayanya terbilang murah.

Nama-nama Albert Einstein, Stephen Hawkins, Thomas Alfa Edison, Nicolas Tesla, Elon Musk berseliweran saat ngobrol tentang fisika dan teknologi. Nama dan bukunya Anthony de Mello (Way to Love), Ajahn Brahm (Cacing dan Kotoran Kesayangannya – Opening the Door of Your Heart), dan Eckhart Tolle (The Power of Now) menjadi obrolan yang mencerahkan.

Akhir-akhir ini, jalan pagi mingguan ini cukup diminati, menarik lebih banyak peserta baru, Nany & Chandra, Ratinda, dan Elisabeth. Kelihatannya Nani berhasil meng-encourage (mengenai artinya, silakan mengacu ke Paragraf 6 di atas) Chandra untuk bangun sekitar jam 5 pagi di akhir pekan untuk berjalan lebih dari 7km. The power of emak-emak.

Agnes menjadi fotografer kami dalam perjalanan. Tanpa Agnes, bisa dipastikan tidak banyak dokumentasi dan tidak ada foto-foto kami yang beredar di media sosial. Pernah muncul dalam obrolan kami tentang bagaimana tanggapan dari anak-anak kami melihat tingkah polah atau foto-foto narcis orang tua mereka. Sangat mungkin mereka risih…

Saya sendiri suka mengambil foto-foto dengan ponsel sepanjang perjalanan karena keindahan dan keunikan alam. Meskipun saya tahu itu bukan cara terbaik untuk menikmati keindahan alam. But, I can’t resist. Tapi setidaknya saya berusaha tidak menjadi obsesif, hanya sekedarnya saja. Tidak sampai dibela-belain menghabiskan waktu untuk bisa mengambil suatu foto dari sudut, frame, dan komposisi yang ‘sempurna’, atau ditambah waktu untuk mengolahnya menjadi foto yang kelihatan lebih indah (dari aslinya), terus baru dipandangi. Bukankah akan lebih baik kita menghabiskan waktu untuk menikmati pemandangan pada saat ada tepat di depan mata.

Ada satu cerita Zen tentang seorang Guru Zen yang mengajak salah satu muridnya setiap kali dia pergi ke kaki gunung untuk menikmati pemandangan di senja hari. Mereka hanya boleh menikmati pemandangan dalam keheningan, tanpa kata-kata. Satu hari, murid yang diajak oleh Guru Zen ini tidak bisa menahan meluapkan emosinya melihat keindahan alam luar biasa yang ada di depan matanya sehingga dia bergumam: “alangkah indahnya…” Sejak itu dia tidak pernah lagi diajak oleh gurunya. Saat kita melukiskan suatu keindahan dengan kata-kata atau membatinkannya dalam pikiran, kita tidak lagi sedang menikmati keindahan itu tetapi memperhatikan kata-kata dan pikiran kita. Katanya, kata-kata atau pikiran yang menggambarkan keindahan itu bukanlah keindahan itu sendiri …

Peringatan: perlu dicatat bahwa gambar-gambar di atas ini tidak lebih dari kumpulan jutaan titik-titik noda (pixel) beraneka-warna, yang muncul pada gadget anda, tertangkap oleh mata, diproyeksikan oleh retina ke pusat syaraf penglihatan, diteruskan ke syaraf di otak, kemudian pikiran mempersepsikannya sesuai dengan pengkondisian pikiran itu sendiri, yang kemudian mungkin dipersepsikan sebagai sesuatu yang indah dan menyenangkan…

Terima kasih atas persahabatan dari teman-teman ABG. Semoga kita semua saling mendukung untuk hidup yang lebih sehat agar dapat menikmati dan mempertahankan kesehatan ini selama mungkin.

This too will pass… inipun akan berlalu…

Happy Australian Day – Aussie Aussie Aussie, Oi Oi Oi

Perth, 26 Januari 2021

Catatan Strava: https://www.strava.com/athletes/61343169